Sergap7//Pontianak, 10 Oktober 2025 —Program makan bergizi gratis bagi rakyat patut diapresiasi sebagai langkah strategis dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia.
Namun, menurut LSM GRAK Sambas, pemerintah juga perlu memperhatikan “gizi jiwa” — terutama bagi pejabat publik dan aparatur negara yang menghadapi tekanan sosial, ekonomi, dan politik yang semakin kompleks.
Ketua LSM GRAK Sambas, Andri Mayudi, menilai perhatian terhadap kesehatan mental pejabat masih sangat rendah, padahal seluruh fasilitas kesehatan fisik telah difasilitasi oleh negara.
Aspek paling krusial — keseimbangan mental, kesadaran moral, dan kebugaran batin pejabat — belum menjadi bagian dari kebijakan yang berkelanjutan.
“Negara sudah memberi makan tubuh para pejabat, tetapi belum pernah memberi makan jiwanya,” ujar Andri.
“Padahal gizi jiwa lebih penting dari sekadar kalori fisik, karena dari sanalah lahir kesadaran dan integritas.”
Menurut GRAK Sambas, kesehatan tidak boleh dipahami secara sempit sebagai urusan medis dan jasmani semata.Kesehatan sejati adalah keseimbangan tubuh, pikiran, dan jiwa.
Kebijakan nasional selama ini cenderung menempatkan kesehatan mental sebagai hal sekunder — baru diperhatikan setelah muncul stres, konflik, atau skandal.
Padahal pejabat publik bekerja di bawah tekanan tinggi, memikul tanggung jawab moral besar, dan menjadi sasaran ekspektasi publik yang tak henti.
“Ketika negara hanya memberi fasilitas fisik tanpa merawat batin, yang tumbuh adalah pejabat sehat tubuhnya tapi letih jiwanya,” tambah Andri.
“Gizi jiwa adalah bahan bakar etika.”Jiwa manusia ibarat air — sumber kehidupan yang harus dijaga agar tetap jernih dan mengalir.
Seperti air radiator dalam kendaraan, ia menyejukkan dan menstabilkan sistem.Ketika air itu kering, mesin akan overheat dan rusak.
Demikian pula, jiwa yang tak dirawat akan terbakar oleh ambisi dan tekanan.“Jiwa adalah pendingin bagi kekuasaan dan ego,” ujar Andri.
“Menjaganya berarti menjaga keseimbangan hidup, moral, dan kemanusiaan.”Cek Kesehatan Mental: Bukan Hanya Syarat Masuk, Tapi Kewajiban Rutin
GRAK Sambas menyoroti bahwa pemeriksaan kesehatan jiwa (mental health check-up) selama ini hanya dilakukan sebagai syarat administratif dalam seleksi jabatan.
Namun setelah pejabat menjabat, pemeriksaan itu berhenti — padahal tekanan dan tanggung jawabnya justru meningkat.
“Tes kesehatan jiwa tidak boleh berhenti di pintu masuk birokrasi,” tegas Andri..Begitu seseorang menjadi bagian dari sistem kekuasaan, jiwanya wajib dirawat secara rutin dan berkala.”
LSM GRAK Sambas mendorong pemerintah untuk menerapkan pemeriksaan mental tahunan bagi pejabat publik sebagai bagian dari governance ethics dan public accountability.
Konsep “Gizi Jiwa Gratis” diusulkan sebagai bentuk kebijakan kesejahteraan mental nasional — meliputi pemeriksaan psikologis berkala, pendampingan etika, serta pelatihan kesadaran spiritual bagi aparatur negara.
“Kalau rakyat diberi makan bergizi agar kuat bekerja, maka pejabat pun perlu diberi gizi jiwa agar kuat melayani,” ujar Andri.
Pejabat yang jiwanya sehat akan berpikir jernih, berperilaku adil, dan memimpin dengan empati.
Sebaliknya, pejabat yang kelelahan batin akan mudah emosional, kehilangan arah, dan berisiko mengambil keputusan yang tidak berpihak pada kepentingan publik.
Momentum Hari Kesehatan Mental Sedunia 2025 bertema “Mental Health in Humanitarian Emergencies” menjadi pengingat bahwa jiwa manusia adalah aset utama peradaban.
Dalam dunia yang penuh tekanan, konflik, dan ketidakpastian global, perawatan batin bukan kemewahan, tetapi kewajiban moral negara.“Tubuh bekerja karena energi, tetapi bangsa hidup karena jiwa,” tutup Andri.
“Jika jiwa pejabat lelah, negara pun kehilangan kesadarannya — dan tanggung jawab publik berubah menjadi beban tanpa arah.”
Kesehatan mental pejabat bukan sekadar formalitas birokrasi,melainkan kebutuhan etis dan moral negara.
Tes kesehatan jiwa tidak boleh berhenti di tahap seleksi,tetapi harus menjadi perawatan batin yang rutin dan berkelanjutan.
“Bangsa yang kuat bukan karena tubuh pemimpinnya,tetapi karena jiwanya dirawat dengan kesadaran dan integritas.”
SERGAP Dirgantara7