SERGAP DIRGANTARA7// Sambas, 10 November 2025 — Kabut tipis masih menggantung ketika derap langkah pasukan memasuki Taman Makam Pahlawan (TMP) Sambas di Desa Sungai Rambah. Di antara deretan nisan yang tersusun rapi, bunga mawar dan melati sudah menunggu dalam keranjang rotan. Pagi itu, hening bukan sekadar jeda; ia berubah menjadi bahasa hormat untuk mereka yang telah selesai dengan dirinya dan memilih Indonesia sebagai warisan.
Upacara ziarah dan tabur bunga dipimpin Komandan Batalyon Infanteri (Danyonif) 645 Gardatama Yudha Sambas, Letkol Inf Yudi Ananda Putra, yang bertindak sebagai Inspektur Upacara. Pemerintah Kabupaten Sambas hadir melalui Sekretaris Daerah Ir. H. Fery Madagaskar, M.Si mewakili Bupati H. Satono, S. Sos. I., MH. Unsur Forkopimda, para pimpinan OPD, tokoh masyarakat, tokoh agama, serta tamu undangan turut memenuhi pelataran TMP.
Prosesi yang Menyatukan
Sejak apel penghormatan dikumandangkan, rangkaian berjalan tertib. Bendera merah putih berkibar, aba-aba singkat memantulkan disiplin, dan momen hening cipta mematri rasa kehilangan yang berumur panjang. Setelah doa, langkah para peserta beralih ke pusara. Satu per satu bunga ditebar, kepala menunduk, dan bibir merapalkan doa. Di atas tanah yang diam, sejarah terasa paling lantang.
Nut Graf: Makna di Balik Seremoni
Ziarah di Hari Pahlawan tidak berhenti pada karangan bunga atau lencana di dada. Ia adalah pengingat bersama bahwa kemerdekaan diselamatkan berulang kali oleh keberanian, kejujuran, dan keteguhan. Nilai-nilai itu yang ingin dipulangkan lagi ke rumah-rumah warga: dari meja kerja birokrasi sampai bengkel kecil di kampung, dari ruang kelas hingga balai desa.
Jejak Kepahlawanan di Kehidupan Sehari-hari
Di Sambas, cermin kepahlawanan bisa sesederhana menjaga amanah anggaran publik, memastikan layanan dasar tetap berjalan, atau menguatkan gotong royong saat ada yang membutuhkan. Bagi generasi muda, teladan itu berarti berani berkata benar, mengasah disiplin, dan bekerja rapi meski panggungnya kecil. Upacara hari ini menjadi kelas kewargaan yang tidak bernilai angka, tetapi menambah bobot nurani.
Pesan untuk Generasi Baru
Sejarah 10 November mengajarkan bahwa keberanian selalu menemukan jalannya ketika persatuan menjadi pilihan. Di hadapan nisan-nisan yang sunyi, para peserta seakan diajak menandatangani ulang janji sederhana: merawat republik dengan kerja jujur, mengutamakan kepentingan bersama, dan menolak sikap abai. Sambas menutup upacara dengan langkah yang lebih ringan, tetapi hati yang lebih penuh.
Penutup
Upacara di TMP Sambas hari ini tidak berakhir ketika barisan dibubarkan. Ia pulang bersama tiap orang yang hadir, menjadi kompas kecil untuk esok hari. Karena ingatan yang dirawat adalah energi yang menggerakkan, dan nasionalisme paling nyata adalah tindakan baik yang terus diulang.
Laporan : Andri



















