SERGAP DIRGANTARA7// Sambas,Selasa 30 september 2025 Kalimantan Barat – Di tengah krisis iklim dan tekanan fiskal, Kabupaten Sambas menemukan jawaban yang beradab: membangun Kebun Raya Sambas (KRS) sebagai pusat konservasi dengan tema Riparian Alami, satu-satunya di Indonesia bahkan dunia.
Resmikan pada 14 Agustus 2023 oleh Bupati Sambas Satono, S.Sos.I., M.H., bersama BRIN dan Pemerintah Provinsi Kalbar, KRS bukan sekadar simbol seremonial, melainkan pesan politik hijau: Sambas siap bertransformasi dari daerah perbatasan menjadi ikon global konservasi tropis.
Dari Laboratorium Hidup ke Ekonomi Hijau
Dengan luas 300 hektar dan koleksi 433 jenis tanaman – mulai dari Dipterocarps bernilai tinggi hingga Nepenthes yang eksotis – KRS menjelma sebagai laboratorium hidup tropis. Potensinya melampaui konservasi, karena mampu menjadi sumber ekonomi hijau baru melalui ekowisata edukatif, scientific tourism, serta produk legal berbasis konservasi.
Andri, aktivis Kalbar dan mantan Ketua LSM Wapatara, menegaskan:
“Kalau hutan hanya jadi latar foto, kita menghina ilmu. Kebun Raya Sambas harus jadi pusat riset, ekowisata edukatif, sumber PAD hijau, dan kebanggaan dunia.”
Bagi Andri, Kebun Raya adalah ujian integritas politik. Jika hanya menjadi plang nama, ia hanyalah kosmetik. Tetapi bila dikelola dengan baik, ia dapat berubah menjadi mesin pengetahuan, sumber PAD hijau, dan simbol diplomasi hijau Indonesia – dari Sambas untuk dunia.
Model Ekonomi Hijau Nusantara
“Konservasi harus dilihat sebagai instrumen pembangunan berkelanjutan, bukan beban fiskal. KRS dapat menjadi model ekonomi hijau Nusantara yang berdaya saing global,” lanjutnya.
Kebun Raya Sambas adalah warisan ekologis, peluang ekonomi, dan instrumen diplomasi hijau. Jika dikelola dengan serius, ia akan berfungsi sebagai:
Pusat konservasi riparian tropis unik di dunia.
Magnet penelitian internasional.
Sumber PAD hijau legal yang menopang pembangunan berkelanjutan.
Dari Sambas, dunia akan belajar bahwa konservasi bukan hambatan, melainkan investasi. Dan dari Sambas pula, Indonesia dapat menunjukkan kepemimpinannya dalam melindungi hutan tropis di mata dunia.
Dengan langkah berani Pemda Sambas, daerah ini tidak lagi sekadar dikenal sebagai perbatasan, tetapi sebagai tujuan dunia: pusat riset, ekowisata hijau, dan simbol kebangkitan ekonomi berbasis konservasi.
“Kebun Raya Sambas bukan sekadar taman tropis, melainkan laboratorium hidup unik di dunia yang mampu menjawab krisis iklim dan fiskal. Dengan tata kelola profesional, ia bisa menjadi pusat konservasi riparian tropis global, magnet penelitian internasional, serta sumber PAD hijau berkelanjutan — mengubah Sambas dari daerah perbatasan menjadi ikon diplomasi hijau Indonesia di mata dunia.”
SERGAP Dirgantara7



















