Sambas, 27 September 2025 | SERGAP Dirgantara7 – Di tengah krisis pangan global dan fluktuasi harga komoditas, Kabupaten Sambas tampil memberi jawaban. Bupati H. Satono memimpin langsung Panen Raya Jagung Serentak di Desa Simpang Empat, Kecamatan Teluk Keramat. Bersama TNI-Polri, jajaran Pemkab, dan ratusan petani, Satono menunjukkan bahwa ketahanan pangan bukan sekadar slogan, melainkan kerja nyata di lapangan.
Panen yang Menjadi Narasi Kemandirian
Satono turun ke lahan jagung, bercakap dengan petani, dan ikut memetik hasil bumi. Tindakan sederhana ini mengirimkan pesan kuat: pemerintah hadir bukan hanya di podium, tapi di tanah yang sama dengan rakyatnya. “Panen raya ini membuktikan Sambas mampu, dan kita harus terus menjaga kemandirian pangan dengan kerja sama yang solid,” ujarnya.
Dukungan Konkret: Investasi Bagi Petani
Tidak berhenti di seremoni, Satono menyerahkan langsung bantuan alat pertanian modern seperti sprayer kepada kelompok tani. Langkah ini memperlihatkan arah pembangunan yang jelas: meningkatkan produktivitas melalui dukungan riil, bukan janji politik. “Kebijakan yang baik adalah yang menyentuh langsung kebutuhan petani di lapangan,” tegasnya.
Sinergi Sebagai Benteng Pangan
TNI dan Polri turut hadir, mempertegas bahwa pangan adalah urusan strategis. Bagi Sambas—daerah perbatasan Indonesia–Malaysia—ketahanan pangan bukan hanya soal ekonomi, tetapi juga bagian dari kedaulatan nasional. Kolaborasi lintas sektor ini menegaskan, Sambas bergerak dengan visi besar: menjadikan jagung sebagai komoditas unggulan sekaligus penopang stabilitas daerah.
Ekonomi Rakyat di Garis Depan
Tumpukan jagung kuning emas hasil panen menjadi simbol bahwa pertanian Sambas bukan sekadar sumber pangan, melainkan penggerak ekonomi rakyat. Nilai tambah jagung membuka peluang dari hulu ke hilir: pakan ternak, industri pangan, hingga potensi ekspor. Sambas menegaskan diri sebagai salah satu penyangga pangan di Kalimantan Barat.
Satono: Anak Petani, Pemimpin Rakyat
Bupati H. Satono bukan sekadar pejabat daerah. Ia adalah anak desa, lahir dari keluarga petani, yang perjalanan hidupnya terdokumentasi dalam buku biografi “Derap Langkah Anak Petani.” Latar belakang ini memberi otentisitas pada setiap kebijakan yang ia ambil. Satono tahu persis derita, devisi, dan nadir kehidupan petani, karena ia pernah mengalaminya. Itu sebabnya, perjuangannya memperkuat kemandirian pangan lahir dari pengalaman hidup, bukan sekadar retorika.
Panen Raya Jagung Serentak di Sambas bukan hanya soal hasil produksi, melainkan babak baru politik pangan daerah. Di balik senyum petani dan jagung yang melimpah, terukir pesan mendalam: Sambas sedang menulis kisah kedaulatan pangan, dengan Satono di garis depan sebagai nakhoda perubahan.
SERGAP Dirgantara7