ads top menu

 


Pontianak Butuh Restorasi Jalan Protokol: Tanjung Pura, Nadi Ekonomi yang Redup Menuju Harapan Baru

By_Admin
Jumat, September 19, 2025
Last Updated 2025-09-19T01:18:33Z
Premium By Raushan Design With Shroff Templates

 


Sergap7))Pontianak, 19 September 2025 | EDITORIAL: jalan Tanjung Pura bukan sekadar ruas aspal yang membelah jantung Kota Pontianak. Ia adalah denyut ekonomi rakyat sekaligus wajah kota, tempat ribuan UMKM bertahan, pedagang pasar menjemput rezeki, dan arus logistik Kalimantan Barat bergerak setiap hari. Dari pagi hingga malam, jalan protokol bersejarah ini menjadi saksi riuh kehidupan. Namun, di balik keramaiannya, Tanjung Pura kian redup: pasar ekonomi melesu, suasana malam tak lagi hidup, tata ruang semrawut, lahan parkir terbatas, dan citra kota ikut merosot bila restorasi tak segera dilakukan.


Sorotan publik dan pengamatan aktivis Kalbar menegaskan bahwa pelebaran dan penataan Jalan Tanjung Pura hingga Imam Bonjol–Adisucipto adalah kebutuhan mendesak. Ruas ini bukan hanya melayani mobilitas harian, tetapi juga menjadi jalur vital logistik menuju Pelabuhan Dwikora dan kawasan pergudangan di Adisucipto hingga batas kota dengan Kabupaten Kubu Raya. Tak heran, kemacetan parah kerap terjadi di ruas Imam Bonjol–Adisucipto–perbatasan Kubu Raya, terutama ketika truk logistik bercampur dengan lalu lintas perkotaan serta akses menuju Universitas Tanjungpura. Tanpa peningkatan kapasitas, distribusi barang, aktivitas pendidikan, dan roda perdagangan daerah akan terus tersendat.


Restorasi Jalan Tanjung Pura tidak cukup dengan pelebaran aspal. Yang dibutuhkan adalah visi tata ruang modern dan inklusif: trotoar nyaman bagi pejalan kaki, jalur UMKM yang tertata rapi, hingga pencahayaan modern yang membuat kota semakin hidup. Bayangkan bila malam hari Tanjung Pura tampil seindah Singapore Riverwalk atau Melaka River, dengan lampu-lampu yang memantul di tepian Sungai Kapuas, UMKM berjejer rapi, dan wisatawan menikmati ruang kota yang aman, terang, dan berkelas dunia.


Sayangnya, ketidakadilan tata ruang masih mencolok. Jalan Ahmad Yani dengan perkantoran dan pusat administrasi terus dihiasi, sementara Tanjung Pura—ruang rakyat sekaligus jalur perdagangan—belum mendapat perhatian seimbang. Kondisi ini semakin berat dengan adanya pembatasan jam kunjung Alun-Alun Kapuas, yang justru mendorong UMKM berpindah ke kawasan pendidikan Universitas Tanjungpura. Alih-alih tumbuh di jantung kota, ekonomi rakyat justru terdorong ke pinggiran, melemahkan fungsi simbolis Tanjung Pura sebagai pusat denyut ekonomi Pontianak.




Harapan publik kini tertuju pada Pemprov Kalbar dan Pemkot Pontianak. Ada beberapa langkah strategis yang perlu segera diwujudkan:


Menetapkan Tanjung Pura–Imam Bonjol–Adisucipto sebagai koridor prioritas pembangunan, berbasis ekonomi kerakyatan dan pariwisata.

Mengintegrasikan restorasi jalan dengan pengembangan Waterfront City, sehingga konektivitas perdagangan dan pariwisata semakin kuat.

Memperpanjang jam operasional Alun-Alun Kapuas dengan tata cahaya modern, agar UMKM tetap hidup di pusat kota.

Menyusun skema kolaboratif yang melibatkan UMKM, masyarakat, akademisi, dan swasta dalam perencanaan tata ruang.

Menggali sumber pendanaan alternatif melalui kombinasi APBD, APBN, dan kerja sama pemerintah–swasta (KPBU).


Editorial ini menegaskan: Restorasi Jalan Tanjung Pura adalah harapan publik, bukan sekadar tuntutan. Dengan keberanian politik dan kebijakan tepat, jalan protokol ini akan kembali menjadi simbol modernisasi Pontianak—ruang publik inklusif yang menghidupkan ekonomi rakyat, memperkuat logistik pelabuhan, sekaligus membuka ruang wisata sungai yang berdaya saing global.


Restorasi Jalan Tanjung Pura juga merupakan peluang emas untuk memperkuat kerja sama antara pemerintah dan masyarakat, demi Pontianak yang lebih maju, inklusif, dan berdaya saing regional.

Tim

Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Stars Rally to Beat Predators in Winter Classic at Cotton Bowl

ads bottom hb.segerah