ads top menu

 


Pemangkat: Kota yang Terlupakan, Jantung Baru di Garis Khatulistiwa

By_Admin
Senin, Oktober 06, 2025
Last Updated 2025-10-06T00:39:43Z
Premium By Raushan Design With Shroff Templates



Sergap7//Pemangkat, Sambas –  6 Oktober 20205 Di pesisir utara Kalimantan Barat, tepat di garis khatulistiwa, berdiri Pemangkat — kota kecil dengan sejarah besar dan masa depan yang belum dihidupkan kembali. Pada masa kolonial Belanda hingga awal kemerdekaan Indonesia, Pemangkat berstatus sebagai Kewedanaan, sejajar dengan Singkawang, Sambas, dan Mempawah. Kala itu, kota ini menjadi pelabuhan dagang utama, pusat pemerintahan distrik pesisir di bawah Kesultanan Sambas, tempat arus emas, rempah, dan hasil laut dari pedalaman Borneo bertemu dengan dunia.


Kini, tujuh dekade kemudian, Pemangkat menunggu momentum kebijakan baru yang mampu mengembalikan posisinya sebagai pusat ekonomi dan peradaban di garis khatulistiwa. Dikelilingi dua kawasan hutan lindung dan Laut Natuna, Pemangkat seolah berdiri di antara masa lalu yang megah dan masa depan yang menanti arah.


Jejak kewedanaan masih terasa di dermaga tua, rumah-rumah kayu Tanjung Batu, dan Vihara Tai Pak Kung yang berusia ratusan tahun. Dahulu kapal dagang dari Singapura dan Kuching bersandar di sini, membawa hasil bumi dan emas dari pedalaman. Kini, di balik ketenangan lautnya, tersimpan potensi kebangkitan ekonomi biru-hijau: industri perikanan rakyat, konservasi mangrove, dan wisata bahari berbasis budaya.


   “Kami tidak meminta keistimewaan, hanya kepastian arah. Pemangkat siap menjadi kota produktif yang menyeimbangkan pembangunan dengan kelestarian,” ujar seorang warga pesisir.


Pemangkat bukan sekadar kota pesisir — ia adalah refleksi masa depan Indonesia: kota dengan keseimbangan alam, sosial, dan budaya yang langka. Dua hutan lindung, Gunung Gajah dan Mangrove Teluk Lekuk, menjadi benteng ekologis yang menjaga paru-paru bumi khatulistiwa. Pelabuhan perikanannya, salah satu yang terbesar di Indonesia, menghidupi ribuan keluarga nelayan.


Kota ini juga dikenal sebagai simbol toleransi dan harmoni: masjid, gereja, dan vihara berdiri berdampingan tanpa sekat sosial. Dalam dunia yang kian terpolarisasi, Pemangkat menawarkan wajah Indonesia yang damai — berbeda tapi sebangsa, plural tapi bersatu.


Sebagai warisan Kewedanaan, Pemangkat kini bertransformasi menjadi pusat layanan publik modern. RSUD Pemangkat — rumah sakit terbesar dan terlengkap di Kabupaten Sambas — menjadi tulang punggung kesehatan bagi wilayah pesisir dan pedalaman. Infrastruktur modern, tenaga medis profesional, serta akses pelayanan inklusif menjadikan Pemangkat simbol pemerataan pembangunan berbasis manusia.



🔹 Momentum DOB: Dari Kewedanaan ke Kota Mandiri

Dengan populasi ±45.000 jiwa di Kecamatan Pemangkat, dan total ±140.000 jiwa di wilayah pendukung (Semparuk, Salatiga, Selakau, dan Selakau Timur), Pemangkat telah memenuhi syarat administratif dan geografis untuk menjadi Daerah Otonomi Baru (DOB).


Pemekaran ini bukan sekadar ambisi politik, tetapi strategi percepatan pemerataan ekonomi, pendidikan, dan pembangunan sosial di pesisir barat Kalimantan.


Jika diwujudkan, Pemangkat berpotensi menjadi:Kota Ekonomi Bahari, penggerak sektor maritim berkelanjutan;


Kota Warisan Budaya, penjaga sejarah kewedanaan dan multikulturalisme;Kota Hijau Khatulistiwa, model pembangunan ekologis Indonesia.


Langkah ini akan membuka lapangan kerja, memperkuat SDM lokal, dan menarik investasi di sektor pariwisata serta konservasi laut.


🔹 Jantung Baru Kalimantan Barat

Pemangkat adalah potret kecil bagaimana Indonesia sering lupa pada akar maritimnya — kota yang dulu menjadi pelabuhan, pusat pemerintahan, dan jantung ekonomi pesisir kini menanti keadilan kebijakan.Pemerintah daerah, provinsi, dan pusat perlu segera menyusun peta jalan percepatan pembangunan Pemangkat melalui:


Restorasi pelabuhan dan ekosistem laut,Revitalisasi pendidikan, kesehatan, dan transportasi publik,Penetapan sebagai kota bersejarah dan destinasi bahari nasional,Kajian pemekaran administratif berbasis identitas dan keberlanjutan.


Pemangkat adalah cermin peradaban khatulistiwa — kota yang lahir dari laut, tumbuh bersama alam, dan hidup dalam toleransi. Kini, Pemangkat menunggu keberanian politik untuk mengembalikan martabat sejarahnya sebagai kota kewedanaan yang berevolusi menjadi “Kota Bahari Berkelanjutan di Jantung Khatulistiwa” — The Heart of the Equator, The Soul of Harmony.


 SERGAP Dirgantara7

Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Stars Rally to Beat Predators in Winter Classic at Cotton Bowl

ads bottom hb.segerah