ads top menu

 


Kasus Pengeroyokan Di Hotel Transera Yang Ditangani Polresta Pontianak Di Pertanyakan, Ketum Yayasan Silat Pukol Tujoh: Jangan Hilangkan Kepercayaan Kami Terhadap Pihak Kepolisian

 Sergap Dirgantara7
Desember 04, 2025
Last Updated 2025-12-04T12:26:14Z
Premium By Raushan Design With Shroff Templates






SERGAP DIRGANTARA7// PONTIANAK, KALBAR - Peristiwa berdarah dan sangat memalukan serta merusak citra dan merendahkan Marwah terjadi di Hotel Transera Jalan Gajah Mada, Pontianak Selatan masih dalam proses hukum Polresta Pontianak. Salah satu pengunjung hotel itu tiba-tiba diserang dan dikeroyok belasan pria dari Perguruan Yayasan Silat Tradisi Sendeng Pukol Tujoh. Kamis, (04/12/2025). 


Pengeroyokan di Hotel Transera itu terjadi, pada Senin (10/11) sekitar pukul 21.50. Korban pengeroyokan bernama Sahrudin alias Arul yang mengalami luka di bagian wajah, kening yang bocor berdarah akibat pukulan benda tumpul, dan mata yang lebam berdarah tertutup sebelah kanan terkena pukulan serta kondisi badan yang lemah akibat tendangan dan pukulan. Gerombolan pelaku melakukan pengeroyokan yang tampak terlihat jelas ramai dalam rekaman CCTV di hotel Transera tersebut ada yang menggunakan kursi dalam aksi pengeroyokan.


Dalam peristiwa pengeroyokan tersebut satu orang telah menyerahkan diri ke Polresta Pontianak, Polda Kalimantan Barat. 


Awal mula kejadian pengeroyokan, bermula saat korban dan pelaku sama - sama menghadiri acara Bedah Buku yang dilaksanakan oleh PSPT(Persatuan Silat Pukol Tujoh) Kalimantan Barat di Hotel Transera Pontianak.


"Kejadiannya begitu cepat, tanpa sempat terlintas dipikirkan saya. Yang berawal dari sesi tanya jawab oleh beberapa orang, lalu disambut dengan teriakan dan pas selesai sesi tanya jawab makin kencang teriakan dan emosi sekelompok orang yang ngotot akan pendapatnya.  kemudian dalam sekejap terjadilah penyerangan kemudian saya dikeroyok oleh massa dari kelompok perguruan tersebut dan CS nya yang lain. Waktu itu posisi saya sedang melerai dan menahan sekelompok orang dari perguruan tersebut yang sudah emosian hendak menyerang guru besar kami yang sudah sepuh berumur 71 tahun dan anggota Perguruan silat kami. Akan tetapi malah saya yang melerai, saya yang jadi pelampiasan mereka dan dikeroyok sampai saya jatuh terbaring. Ada yang memukul pakai kursi, nendang, menginjak, dan meninju saya. padahal posisi saya saat sudah jatuh terbaring,"Ungkap Arul. 


"Bukan hanya saya aja yang mereka keroyok, akan tetapi panglima Besar SPM(Satria Pembela Melayu) jadi sasaran amuk mereka yang juga saat itu menenangkan dan melarai mereka saat mereka mau melakukan aksi pengeroyokan," Sambungnya.


"Pas kejadian malam itu Saya langsung membuat laporan ke polresta pontianak, pada tanggal 10 November 2025. Akan tetapi sampai saat ini satu orang pun belum ada yang ketangkap oleh pihak polresta pontianak. Hanya satu orang yang sekarang diamankan di polresta pontianak itupun dia yang menyerahkan dirinya sendiri,"Ungkapnya.


"Saya berharap pihak kepolisian polresta pontianak segera menangkap pelaku, karna sudah hampir satu bulan belum ada juga yang ditangkap," Harapnya. 


Ketua Umum Yayasan Silat Pukol Tujoh Daeng Ridwansyah Juga angkat bicara," Dalam kejadian peristiwa pengeroyokan ini sudah kita serahkan sejak awal kepada pihak kepolisian yaitu polresta pontianak. Akan tetapi dari laporan tersebut sampai saat ini tidak ada juga yang ditangkap. Saya selaku ketum yayasan silat pukol tujoh meminta pihak kepolisian agar segera menangkap pelaku yang telah melakukan pengeroyokan terhadap anggota silat kami. Agar apa yang telah kami percayakan dan kami serahkan kepada pihak polresta pontianak menjadi kepercayaan kami terhadap pihak kepolisian,"Tegasnya.


"Kejadian ini tak dapat kami lupakan. Atas kejadian tersebut, Sahrudin yang juga anggota perguruan kami telah membuat laporan ke polresta pontianak dan POMDAM XII Tanjungpura, kami menuntut untuk segera ditindak lanjuti dan di tangkap pelakunya dan provokatornya, Karna sampai saat ini satu pelakupun belum ada yang di tangkap kecuali satu orang yang menyerahkan diri. Jangan sampai pihak kepolisian yang sudah kami percayakan hilangnya kepercayaan kami, jangan salahkan jika kami akan melakukan tindakan sendiri dalam menangkap pelaku pengeroyokan tersebut,"Pintanya.


Tak hanya Ketum Yayasan Silat Pukol Tujoh yang angkat bicara, Panglima Besar(Pangbes) Satria Pembela Melayu(SPM) Awaludin yang biasa disapa Odeng juga angkat bicara terkait pengeroyokan tersebut. 


Pangbes SPM tersebut mengatakan,"Dalam kejadian pengeroyokan saat itu sebenarnya Saya juga korban atas pengeroyokan pada malam itu karena dikeroyok dan dilempar kursi, sangat jelas terlihat bukti CCTV Hotel Transera tersebut. Akan tetapi saudara kami Arul yang juga anggota kami SPM selaku Panglima Muda Pontianak Timur cukup parah kita lihat atas pengeroyokan yang sangat brutal seperti menghakimi pencuri/maling sehingga membuat luka-luka pada wajahnya, badan memar dan matanya sampai lebam biru berdarah mata sebelah kanan,"Ungkapnya.


Rilis ini terpaksa kami buat sebagai upaya terakhir untuk mendesak pihak kepolisian agar segera bertindak profesional dan cepat. Kami khawatir jika kasus ini terus stagnan, desakan dari keluarga korban dan anggota Ormas kami serta anggota perguruan silat akan sulit dibendung.

"Kami minta Polresta Pontianak segera tangkap semua pelaku yang masih bebas berkeliaran. Jangan sampai situasi ini memaksa kami atau pihak korban untuk mengambil tindakan sendiri demi mencari keadilan, yang tentunya akan kami hindari jika pihak kepolisian menjalankan tugasnya dengan cepat dan tuntas dalam Minggu ini," tukas Odenk sapaan akrab nya.


Agus Setiadi, selaku ketua Persatuan Silat Pukol Tujoh (PSPT) sebagai pihak penyelenggara, sangat menyayangkan insiden pengeroyokan yang menimpa salah satu peserta, Saudara Sahrudin alias Arul, di tengah acara yang seharusnya menjadi ajang silaturahmi, diskusi dan koreksi tersebut. Ini merupakan insiden memalukan pertama kali terjadi di Kalbar sepanjang sejarah dimana acara ilmiah yakni Seminar/Bedah Buku berujung keributan dan pengeroyokan. Apalagi kejadian tersebut terjadi saat para pejabat yang mewakili Gubernur, Walikota, Pangdam, Kapolda, Kejati, DPRD, sekolah, kampus dan para tamu undangan lainnya masih ada ditempat, tentu mereka ikut menyaksikan dan menjadi saksi mata atas tindakan brutal tersebut.


"Sudah hampir satu bulan sejak laporan dibuat Sahrudin pada 10 November 2025, namun hingga kini, dari belasan pelaku yang terekam jelas di CCTV Hotel Transera, hanya satu orang yang menyerahkan diri. Wajar  jika Rekan-rekan kami mempertanyakan dan kecewa berat atas kinerja Polresta Pontianak dalam menangani kasus ini. Padahal semua bukti, termasuk rekaman CCTV yang memperlihatkan belasan pelaku melakukan penyerangan secara bersama-sama, telah lama berada di pihak kepolisian. Lucu jika aparat tidak sanggup melacaknya," ungkap Agus yang juga Ketum POM ini.


Kelambanan ini dikhawatirkan akan membuat para pelaku merasa kebal hukum dan mengancam rasa aman masyarakat serta menjadi contoh di masyarakat bahwa tindakan arogan dan premanisme (pengeroyokan) ternyata bisa bebas berkeliaran dibiarkan oleh aparat. "Kami telah menaruh kepercayaan penuh kepada Polresta Pontianak sejak awal. Jangan biarkan kasus ini berlarut-larut hingga memudarkan bahkan menghilangkan kepercayaan kami dan masyarakat terhadap institusi kepolisian khususnya Polresta pontianak," lanjutnya.(TimRed)

Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Stars Rally to Beat Predators in Winter Classic at Cotton Bowl

ads bottom hb.segerah